Pelatihan
Pelatihan Bahasa Isyarat Al-Qur'an Bagi Tenaga Pendidik Disabilitas Tuna Rungu Wicara
10/10/2024 | HumasBAZNASMalukuBertempat di Grand Avira Hotel Jl. Jenderal Sudirman Kota Ambon, Maluku, BAZNAS Maluku bersama BAZNAS RI mengadakan Pelatihan Bahasa Isyarat Al-Qur'an bagi guru dan tenaga kependidikan se-Provinsi Maluku. Kegiatan ini melibatkan SLB, Sekolah/Madrasah, TPQ dan Pondok Pesantren dari 3 (tiga) Kabupaten/Kota di Maluku. Tujuan dari pelaksanaan kegiatan ini adalah untuk menciptakan tenaga pengajar kompoten dalam bidang bahasa isyarat Al-Qur'an.
Kepala Kantor Wilayah(Kakanwil) Agama Maluku dalam sambutan tertulis yang dibacakan Kabid. Bimas Islam, Yasir Rumadan, M.Ag menyampaikan bahwa kegiatan ini sangat penting dan perlu dilakukan berkelanjutan karena di Maluku tidak ada guru terutama guru ngaji yang dapat memahami dan mengajarkan Al-Qur'an menggunakan bahasa isyarat. "Kita di Maluku sangat sulit menemukan guru Al-Qur'an yang paham akan bahasa isyarat. Maka kami sangat mengapresiasi kegiatan seperti ini. Kedepan terus dilakukan, dan Kanwil Agama siap mendukung", kata Kanwil dalam sambutan tertulisnya.
Kegiatan yang dikemas dalam program ToT (Training of Trainer) Pengajar Al-Qur'an Bahasa Isyarat Bagi Penyandang Disabilitas Sensorik Rungu Wicara 2024 ini dilaksanakan selama dua hari (Rabu-Kams, 09-10/10/24) dan menghadirikan pemateri ahli sebanyak dua orang dari Lanjnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an (LPMQ) Kemenag RI. Dalam sambutan Pembukaan, Ketua BAZNAS Maluku, Saiful Al-Maskaty menyampaikan bahwa ToT ini nantinya akan ditindaklanjuti dengan program berkelanjutan. Salah satunya dengan mendirikan Al-Qur'an Center Disabilitas (QCD). "kami sedang mengupayakan menggandeng beberapa lembaga filantropi untuk menyukseskan program berkelanjutan ini pada tahun 2025 nanti. Maka dua hari ini ustadz-ustadzah muda yang dihadirkan di sini untuk dilatih supaya nantinya mereka akan menjadi tenaga-tenaga pengajar di QCD", tutur Al-Maskaty (Rabu, 09/10/24).
Dalam paparan Materi oleh Ustadzah Ida Zulfiya, beliau menginformasikan bahwa dari jumlah total penduduk Maluku, terdapat 374 ribu lebih penyandang disabilitas. Dan dari total tersebut hanya sekitar 100 ribu saja yang telah mendapatkan akses pelayanan publik dan agama. Banyak hal yang memengaruhi, mulai dar kebijakan pemerintah, stakeholder setempat, hingga tokoh agama. Dalam aspek keagamaan peyandang disabilitas ini kurang memperoleh akses ibadah, baik sholat, dengar ceramh, hingga membaca Al-Qur'an. Kata Zulfiya, "Kata Iqro dalam Al-Qur'an kan itu perintah membaca. Kira-kira perintah ini hanya untuk orang normal saja? kan tidak. Maka Bapak/Ibu yang hadir mengikuti pelatihan ini bertanggungjawab untuk merealisasikan perintah ayat tersebut".
Zulfiyah mengharapkan, kegiatan ini dapat menghasilkan input, ouput, dan outcome bagi Bapak/Ibu sebagai pengajar, juga penyandang disabilitas sebagai sasaran pelatihan ini. Hal senada juga disampaikan oleh ustadz M. Zamroni Ahbab dalam materinya tetang "Konsep Dasar Penyandang Disabilitas Sensorik Rungu", bahwa selama ini mereka yang berkebutuhan khusus sering mendapatkan perlakuan yang tidak adil. "Banyak tempat-tempat keagamaan semisal masjid, TPQ, dan sejenisnya belum menyediakan akses bagi mereka. Saya beri contoh saja. Kira-kira ketika khutbah Jumat, disabilitas tuli bisa dengar apa yang dikhutbahkan khotib gak? Maka, itu harus ada penerjemah, terutama di masjid-masjid raya" Ungkap Ahbab.
Selain penyampaian materi, ToT ini juga dibikin dalam bentuk micro teaching sebagai langkah praktikum bagi guru/tenaga pendidik. Guru atau tenaga pendidik yang menjadi peserta ToT ini langsung mempratekan bagaimana mengajarkan Al-Qur'an menggunakan isyarat tangan. Seluruh huruf hijaiyah beserta kodefikasinya (tanda baca) seperti mad, dhommah, tanwim, tasdid, kasroh, dan fathah dipraktekkan secara tertib.
Menurut salah satu peserta, Khodijah Wattimena yang diwawancarai tentang manfaat pelatihan ini, merasa sangat bermanfaat pelatihan ini. "saya pada awalnya ragu. Apaka bisa mempratekannya, tapi setelah dilatih oleh pelatih tadi, sedikit-sedikit bisa", tutur Khodijah ().